Penjelasan Bab Bodhisattva Mahasthamaprapta Melafal Nama Buddha
Dengan Sempurna Tanpa Rintangan
Bait sutra :
zǐ
|
ruò
|
yì
|
mǔ
|
|
rú
|
mǔ
|
|
子
|
若
|
憶
|
母
|
,
|
如
|
母
|
|
yì
|
shí
|
|
mǔ
|
zǐ
|
lì
|
shēng
|
|
憶
|
時
|
,
|
母
|
子
|
歷
|
生
|
,
|
bù
|
xiāng
|
wéi
|
yuǎn
|
|
|||
不
|
相
|
違
|
遠
|
。
|
Penjelasan
:
Andaikata ibunda dan sang anak saling
memikirkan dan tidak terpisah, tentunya akan terjalin, pasti akan bertemu
Buddha. Kita harus memahaminya dengan mendalam, mengapa melafal Amituofo dapat
terlahir ke Alam Sukhavati, mengapa para Buddha di sepuluh penjuru memuji
Buddha Amitabha.
Walaupun Ajaran Mahayana mengajarkan
anda untuk melampaui tumimbal lahir, apakah anda dapat melakukannya? Untuk keluar dari tumimbal lahir harus
melenyapkan kilesa (noda pikiran), jika
tidak memutuskan kilesa, segala kebijaksanaan disebut kebijaksanaan sesat,
hanya berkembang pandangan dan pengetahuan sesat. Master Qing-liang berkata : “Belajar
namun tidak mengamalkan, hanya akan mengembangkan pandangan sesat”. Buddha berkata bila masih memiliki perasaan suka
duka dan nafsu keinginan, maka akan terlahir di Kamaloka, tidak dapat mencapai
Rupaloka, setelah memutuskan segala nafsu keinginan barulah dapat mencapai Alam
Brahma tingkat pertama. Namun jika ada orang lain yang mengucapkan sepatah kata
yang membuatmu tidak senang, jika di hatimu masih ada sedikit perasaan tidak
senang, maka anda tidak mungkin dapat mencapai Alam Brahma tingkat pertama.
Di dalam biografi Master An Shigao, tertera sebuah
bait yang menceritakan pada suatu hari dia menuju ke Jiang-nan untuk
menyelamatkan temannya. Temannya ini telah menjadi raja naga, di kehidupan
lampaunya adalah seorang Bhiksu, memahami sutra dan suka berdana. Suatu hari
ketika dia sedang berpindapata, nasi dan sayur yang diterima tidak bagus, dalam
hatinya merasa tidak nyaman, maka itu timbul sebersit niat pikiran benci, setelah
meninggal dunia terlahir ke alam binatang, menjadi ular sanca (ular piton) yang
besar, di Sungai Sembilan menjadi raja naga. Oleh karena dia memahami sutra
sehingga memiliki kebijaksanaan, sangat sakti, sehingga banyak umat yang datang
bersembahyang memujanya. Hanya saja kebenciannya masih parah, kapal mana yang
tidak memberi persembahan kepadanya, maka dia akan membuat kapal tersebut
menjadi terbalik dan kesusahan. Sehingga ular ini menjelang ajalnya pasti
tejatuh ke neraka.
Cobalah kalian
pikirkan, hanya karena tidak puas pada hasil pindapata, timbul sebersit niat
pikiran benci, harus menerima akibat demikian, maka itu kita harus lebih
meningkatkan mawas diri. Melatih diri adalah melenyapkan lobha, dosa dan moha, melatih
pikiran suci, setara, maitri karuna dan sukacita, barulah dapat memperbaiki
tabiat diri.
Semua pintu Dharma
itu bagus, namun sayangnya kita sendiri tidak mampu memutuskan kilesa. Sedangkan
dengan melafal sepatah Amituofo dapat menaklukkan lobha, dosa, moha,
keangkuhan, nafsu keinginan serta kilesa lainnya, tidak takut timbulnya niat
pikiran, hanya saja takut terlambat menyadarinya. Begitu niat pikiran timbul,
maka niat pikiran berikutnya adalah melafal Amituofo, setiap lafalan saling
menyambung, melafal Amituofo dapat berhasil atau tidak adalah terletak pada poin
ini. Tidak boleh melafal Amituofo sambil membiarkan noda pikiran terus muncul, setiap
hal harus memperhitungkan dan tidak bisa merelakan. Setelah memahami kebenaran
baru dapat menaklukkan kilesa. Hal ini harus dibina dalam keseharian, pertama
harus membaca sutra, di dalam sutra Buddha membabarkan kebenaran yang ada pada
alam semesta dan kehidupan manusia. Tujuan membaca sutra adalah agar kita dapat
mengikhlaskan dan merelakan, kemudian sepatah nama Buddha ini membantu kita
melampaui Trailokya (Kamaloka, Rupaloka dan Arupaloka).
Dikutip dari :
Penjelasan
Bab Bodhisattva Mahasthamaprapta Melafal Nama Buddha Dengan Sempurna Tanpa
Rintangan
Oleh
: Master Chin Kung
Sumber
: 大勢至菩薩念佛圓通章親聞記