Kisah Bhiksu Ju Xing
Bagian 2
A
Bian tinggal di gudang kayu bakar. Dia amat rajin, setiap hari sebelum mentari
terbit, tanpa perlu diperintah, dia menanami sayur, menyiram air dan memberi
pupuk. Karena dia berasal dari desa petani, maka semua pekerjaan ini dapat
dilakukannya dengan baik, kemudian mengangkat pasir dan batu membantu pekerjaan
perbaikan vihara, dari pagi hingga malam, tidak pernah beristirahat, juga tidak
pernah bicara, orang lain bicara padanya, dia seolah-olah tidak mendengarnya.
“Si
tuli!”, demikianlah sebutan orang lain pada dirinya, tidak memanggil nama
aslinya, namun A Bian tidak melawan atau berdebat dengan mereka.
Setelah
sebulan lebih A Bian bekerja di vihara, suatu hari istrinya membawa kedua orang anaknya datang mencarinya, bahkan adik istrinya, mertua perempuannya
hingga 7-8 orang sanak keluarganya tinggal bersempitan di gudang kayu bakar,
menanti dihidupi A Bian.
Bhiksu
Sheng Kong yang mengetahui hal ini
segera berkata : “A Bian, saya hanya menyetujui diri kamu untuk bekerja di
sini, mengapa kamu malah membawa istri, anak-anakmu dan sanak keluargamu datang
tinggal di vihara? Ini adalah vihara, tidak boleh membawa serta keluarga untuk
tinggal di sini!”
A Bian menjawab : “ Saya juga tidak
menginginkan kedatangan mereka, namun tuan tanah telah mengambil kembali sewaan
tanahnya dan kemudian mengusir mereka keluar, mereka tidak memiliki tempat lagi
untuk bernaung”.
Bhiksu Sheng Kong berkata lagi : “Jadi ini
bagaimana? Mana ada vihara yang memperbolehkan perempuan, wanita dan sanak
keluarga ikut tinggal bersama?”
Ketika
mereka sedang berbicara, tiba-tiba muncul Master Xu Yun di depan gudang kayu bakar :
“Bhiksu
Sheng Kong! Mereka sekeluarga tidak
memiliki tempat tinggal, susah dan miskin, biarkanlah mereka tinggal di sini!”
Bhiksu Sheng Kong cepat-cepat berkata : “Tapi guru!
Di sini adalah vihara, mana boleh menerima perempuan dan wanita?”
Master
Xu Yun berkata : “Menerima pengungsi adalah pengecualian, ini kondisi yang
berbeda! Kamu minta mereka tinggal di gubuk di gunung belakang vihara!
Sedangkan A Bian boleh tinggal di gubuk atau di gudang kayu bakar! Dan
perbolehkan mereka sekeluarga kerja di vihara!”
Keluarga
A Bian begitu berterimakasih dan bernamaskara pada Master Xu Yun.
Master
Xu Yun berkata : “Kalian tidak perlu berterimakasih padaku, kita saling
membantu, kami juga kekurangan tenaga kerja, jika tidak mengeluh kehidupan di
vihara yang begitu sederhana, maka ikutlah bersama kami menjalani hidup bersahaja
di sini!”
Sambil
berlinangan air mata, A Bian mengucapkan terimakasih dan berkata : “Guru, anda
telah menyelamatkan nyawa satu keluargaku!”
Master
Xu Yun berkata : “A Bian jangan berkata begitu, manusia harus saling membantu
apalagi siswa Buddha harus lebih giat membantu insan lain!”
Sumber : 具行禪人修行略傳
具行禪人修行略傳
(二)
阿便自去柴房住下。他十分勤勞,每日天未亮就起來,不用人吩咐,自己發心開墾種菜,施肥澆水。他本是穡稼佃戶,這些耕種事務,做得頭頭是道,他又自動去出力挑土抬石幫助修廟,從早做到天黑,從不休息,也從不講話,別人跟他說話,他都聽不見。
「聾子!」別人都這樣稱他,反而不叫他名字了,阿便也不以為忤,從不爭辯。
阿便來做工一個多月,有一天,他老婆抱著孩子來找他了,妻弟也同來了,岳母子姪,一大批人七八口,擠滿了柴房,七嘴八舌。
聖空和尚聞報,慌忙來說:「阿便!我收留你做工,你卻怎麼把老婆孩子也帶到廟裡來住了呢?這是佛寺,不可以住婦女家眷的!」
阿便說:「我不要他們來,但是,地主來收回土地,把他們全家趕了出來,沒處可投奔。」
聖空說:「這可怎麼辦?那有佛寺可以收留婦女家眷的道理?」他和阿便說著話,沒想到虛雲老和尚不知何時已經來到菜園柴房門口了。
「聖空法師!」虛雲說:「他們一家無家可歸,又苦又窮,就讓他們都在本寺住下吧!」
聖空慌忙說:「師父!佛寺怎可收容婦女呢?」
虛雲說:「這是收容難民,情況不同!你只叫他們在寺院後山另搭一座茅棚居住就行了!阿便喜歡住菜園茅屋也好!喜歡回後山住也可以!你就讓他們全家在本寺做工罷!」那一家八口都感激不盡,不住叩拜道謝。
虛雲說:「你們不用謝我!這也是彼此互助,我們也缺人手,你們若不嫌本寺生活清苦,就跟我們出家人一起吃大鍋飯罷!我們有什麼大家就吃什麼,有飯吃飯,沒飯喝粥。」
阿便感激流涕,叩頭說:「老師父,您老人家救了我一家性命了!」
虛雲說:「阿便,快別這樣說,人類是應該互助的,佛門弟子更應助人!」