Master Chin Kung Membahas :
Apa yang dimaksud dengan melepaskan segalanya dan menfokuskan pikiran
melafal Amituofo? Apakah pekerjaan dan seluruh aktivitas kehidupan juga harus
dilepaskan?
Bagian 3
Apa yang dimaksud dengan pikiran suci? Pikiran yang tak ternodakan
disebut suci. Apa yang dapat menodai pikiran? Yakni tujuh perasaan dan lima keinginan,
ini adalah noda, maka itu timbul perasaan emosional pada dirimu. Apa itu
perasaan emosional? Yakni “suka, marah, sedih, senang, cinta, benci dan ingin”,
inilah yang disebut tujuh perasaan; lima nafsu keinginan adalah harta, rupa,
ketenaran, makanan dan tidur. Bila memiliki kriteria ini maka pikiran anda
adalah pikiran tumimbal lahir, kita harus menghapus pikiran tumimbal lahir, memunculkan
Bodhicitta; Bodhicitta adalah pikiran tulus, suci, seimbang, tercerahkan dan
maitri karuna.
Asalkan Bodhicitta muncul dan melafal Amituofo, maka pasti terlahir ke
Alam Sukhavati, di dalam Sutra Usia Tanpa Batas tertera “sepatah atau sepuluh kali
lafalan, pasti terlahir ke Alam Sukhavati”. Jika sebaliknya tidak mampu memunculkan
Bodhicitta, walaupun sehari melafal seratus ribu kali Amituofo, seperti kata
pepatah “tenggorokan pecah juga sia-sia”. Asalkan hati kita terjalin dengan
Hati Buddha maka tidak ada alasan untuk tidak berhasil terlahir ke Alam
Sukhavati!
Maka itu pekerjaan yang harus dilakukan sehari-hari, haruslah dijalani;
andaikata esok hari akan terlahir ke Alam Sukhavati, pekerjaan hari ini juga
mesti dilakukan seperti biasanya, tidak bisa dikatakan bahwa besok akan
terlahir ke Alam Sukhavati, maka tugas hari ini tidak perlu lagi dikerjakan,
maka anda tidak bisa pergi, karena anda tidak memahami kebenaran yang
sesungguhnya dari terlahir ke Alam Sukhavati. Selama sehela nafas masih ada,
apa yang menjadi tugas kita, harus kita kerjakan dengan baik, mengerahkan
segenap kemampuan untuk menyempurnakannya. Baik profesi apapun yang kita
geluti, peranan apa yang kita tekuni, pekerjaan apa yang kita jalani setiap hari,
semua ini ditujukan demi memberi manfaat pada masyarakat dan semua makhluk. Contohnya
anda adalah seorang ibu rumah tangga, maka anda harus berbuat untuk rumah
tangga anda, bekerja melayani dan membantu setiap anggota keluarga anda, semua
yang anda lakukan dalam keseharian merupakan pengamalan Jalan Bodhisattva.
Tidak bisa menganggap bahwa besok saya akan terlahir ke Alam Sukhavati,
maka hari ini tidak perlu lagi mengamalkan Jalan Bodhisattva, jika begitu
bukankah anda menghalangi dirimu sendiri? Membangkitkan Bodhicitta, mengamalkan
Jalan Bodhisattva, tidak boleh terputus, asalkan segalanya ditujukan untuk seluruh
makhluk, semuanya ditujukan demi Buddha Dharma, ini adalah Jalan Bodhisattva.
Saya berpakaian demi para makhluk, saya makan nasi demi Buddha Dharma, bukan
untuk diriku sendiri, bila demi diri sendiri maka menciptakan karma tumimbal
lahir; namun demi para makhluk, demi Buddha Dharma, demi Ajaran Buddha lestari
di dunia ini. Saya dapat menjadi teladan bagi lainnya, agar setiap makhluk yang
melihat maupun mendengar, dapat mengenal dan mengkagumi Buddha Dharma, kemudian
membangkitkan niat untuk belajar Ajaran Buddha, ini adalah Buddha Dharma yang
kita amalkan dalam keseharian. Sebaliknya jika kita memberikan teladan yang
buruk, tidak peduli pada keluarga dan karir lagi, tidak mau bekerja lagi,
melarikan diri ke gunung mencari sebuah gua yang cocok untuk melafal Amituofo,
masyarakat yang melihat hal ini akan mati ketakutan, mengira Ajaran Buddha
adalah sesat, dan tidak boleh dipelajari, ini akan merusak Buddha Dharma. Maka
itu seorang praktisi harus memiliki kebijaksanaan, bagaimana seharusnya
bertindak, apa yang anda lakukan haruslah memberi manfaat bagi semua makhluk,
membantu para makhluk, agar semua makhluk yang melihat pengamalan dirimu,
mereka jadi tercerahkan, mereka dapat mengerti dan kembali ke jalan yang benar.
Jangan malah sebaliknya membiarkan perbuatan kita, sehingga orang lain
yang melihatnya bertambah curiga dan ragu, menambah pikiran membeda-bedakan,
melekat, khawatir, jika demikian maka kita telah salah. Perlulah diketahui
bahwa sutra tidak boleh tidak dibaca, tidak boleh tidak didengar, jika ada
keraguan haruslah bertanya.
Kemarin praktisi ini datang dan bertanya padaku, pertanyaan ini bagus
sekali! Mengapa demikian? Karena banyak praktisi yang serupa dengannya sangat
banyak. Dengan pertanyaan ini kami jadi mengerti dan anda sekalian juga jadi ikut
memahami. Maka itu kita harus belajar mengajukan pertanyaan, jangan takut
bertanya. Setelah keraguan lenyap, barulah keyakinan dapat dibangkitkan,
memahami bagaimana seharusnya cara melafal Amituofo dan belajar Buddha Dharma.
Maka itu para praktisi sekalian, kita masih memerlukan kehidupan yang
wajar, melakukan pekerjaan kita. Buddha mengajarkan kita untuk melepaskan,
bukanlah artinya melepaskan pekerjaan kita, tetapi melepaskan kecemasan,
kekhawatiran, khayalan, perbedaan, kemelekatan. Lepaskan semua kecemasan,
kekhawatiran, khayalan, perbedaan, kemelekatan dalam pekerjaan yang kita
tekuni, maka kehidupan kita jadi bahagia, bersukacita dalam bekerja, dengan
demikian barulah dapat melafal Amituofo dengan tenang. Bila waktunya telah
tiba, Buddha pasti akan datang menjemput; sebaliknya jika waktunya belum
sampai, walaupun setiap hari kita mengharapkan, namun “Mengapa Buddha Amitabha
masih belum datang menjemputku”, rintangan
karma anda masih belum lenyap. Jika rintangan karma telah lenyap dan ajal telah
tiba, maka Buddha pasti akan muncul, jangan mendesak dan tergesa-gesa! Baiklah,
pembahasan hari ini kita akhiri sampai di sini saja!