Pandai Besi Melatih Diri
Di dalam kehidupan keseharian kita harus
membiasakan diri melafal Amituofo, menerapkan tiga bekal yakni keyakinan, tekad
dan pengamalan, dengan demikian dapat memastikan setiap insan dapat terlahir ke
Alam Sukhavati.
Dalam “Catatan Kisah-kisah Insan yang
Terlahir ke Alam Sukhavati” tertera sebuah kisah yang menceritakan pada masa
Dinasti Song, ada seorang pandai besi
bermarga Huang, caranya melafal Amituofo adalah sedemikian, tidak ada
jadwal waktu yang tetap, pekerjaannya adalah menempa besi, kehidupannya begitu
susah.
Jalinan jodohnya melafal Amituofo
dimulai dari pada suatu hari dia bertemu dengan seorang Bhiksu yang kemudian
mengajarinya melafal Amituofo. Bhiksu itu bertanya : “Anda begitu menderita,
mengapa tidak melatih diri?” Pandai besi menjawab : “Anda juga melihat
pekerjaan saya begitu sibuk, mana ada waktu untuk melatih diri”.
Bhiksu
kembali berkata : “Justru anda begitu sibuk dan banyak kerisauan, makanya harus
melatih diri untuk mengurangi beban pikiran anda. Saya akan mengajarkan anda
sebuah metode yakni melafal Amituofo. Setiap anda memukul besi satu kali maka
lafallah Amituofo satu kali, tidak perlu mencari waktu luang”.
Pandai besi mendengar metode yang begitu
mudah, mengapa tidak dicoba. Sejak itu pandai besi setiap hari memukul besi
sambil melafal Amituofo, deretan suara pukulan besi tanpa henti, Amituofo juga
dilafal berkesinambungan.
Istrinya melihat kondisi pandai besi
jadi mengeluh : “Waktu dulu anda hanya menempa besi saja sudah begitu lelah,
kini ditambah harus melafal Amituofo, bukankah lebih susah?”
Pandai besi menjawab : “Kamu tidak
mengetahui bahwa waktu dulu walaupun hanya menempa besi saja, namun tenagaku
tertumpu di kepala palu. Sekarang ditambah dengan melafal Amituofo, perhatianku
tertumpu pada Amituofo, maka itu tidak merasa lelah, makin menempa makin terasa
nyaman, malah kini menjadi sebuah kesenangan”.
Tahun demi tahun ketrampilannya dalam
melafal Amituofo telah berhasil, pada suatu hari pandai besi berkata pada
istrinya : “Saya hendak pulang ke rumah”. Istrinya merasa aneh berkata :
“Bukankah rumahmu di sini?”
Pandai besi berkata : “Alam Sukhavati
barulah rumahku!”. Istrinya mengira suaminya sudah kurang waras, sehingga tidak
mempedulikannya.
Kemudian pandai besi berpamitan
dengan para tetangganya bahwa dia akan
segera pulang ke kampung halamannya, juga karena tidak mengenal huruf, maka dia
meminta salah satu tetangganya untuk membantunya menulis syair sebagai
kenang-kenangan untuk para kerabatnya.
Syair ini dikemudian hari menjadi begitu
terkenal, bunyinya : “Ting ting tang tang, setelah lama menempa akhirnya jadi
baja, kedamaian semakin dekat, saya terlahir ke Alam Sukhavati”. Selesai
mengucapkan syair ini, dia menghembuskan nafas terakhir dalam posisi berdiri.
Ini adalah bukti nyata dari penerapan
Ajaran Sukhavati dalam kehidupan keseharian, semuanya tergantung pada niat,
bukan pada mampu atau tidak untuk melakukannya, jika ada niat maka semua orang
dapat melakukannya.
Bahkan
saat menjelang ajal hanya sempat melafal Amituofo sepuluh kali, namun asalkan
dia sudi melafalnya, juga memiliki kesempatan untuk terlahir ke Alam Sukhavati.
Kecuali jika tidak memiliki niat maka juga tak berdaya.
Petikan
Ceramah Master Ren Shan
Judul
: 48 Tekad Buddha Amitabha
5
September 2007
在日常生活当中养成这样一种习惯,我们的生活本身就是在修行,就是在落实念佛法门信愿行三资粮,这样修学,在这一生当中保证我们每一个人都能往生。净土圣贤录里面记载,宋朝有一个黄打铁,他平常念佛就是这样,每一天没有特别的时间,他的工作就是打铁,生活很辛苦,有一天遇到一个法师,法师就教他,你这么苦为什么不修行呢?他说了你看我工作这么忙哪有功夫修行,我们一般人也都这个观念,工作很忙,谁有功夫修行啊,法师说了,正是因为你很忙,很烦恼,所以才要修,减少自己的烦恼。给你说一个方法,就是念佛,打铁嘛,每打一下念一声阿弥陀佛,不用另外抽时间,他一想也是,这么简单就试试。从此以后每一天打铁就是念阿弥陀佛,他那个鎯头打下去,就象这个木鱼一样,一个接一个阿弥陀佛阿弥陀佛不停的念。他的太太看到了就说了,你以前单单打铁就很累了,现在又加上念佛,岂不是更辛苦吗?他说你不知道,以前单单打铁,这个精力都在鎯头上所以很累,现在加上念佛,注意力转移了都在佛号上,所以不感觉到累,越打越轻松,反而变成一种享受乐趣了。这样几年下来啊他的功夫成就了,有一天就跟太太说,我要回家了,太太说这不是你家吗?他说我家在极乐世界,太太以为他说疯话,没理他,他就跟隔壁邻居一一告假,说我要回老家了,他不认识字,请一个邻居为他写了一首偈,说给大家作个纪念,这首偈很有名,也很实在。“叮叮当当,久炼成钢,太平将近,我往西方”,说完站在那里往生了。你看,这就是生活当中落实净土法门修学的真实例子。实际上,这桩事情旨在用心,不在能不能做到,肯用心,人人都能做到。乃至临命终十念,哪怕是就剩下这么短暂的机会,如果遇到了肯至心称念,同样可以往生,保证一切众生都有出离轮回的可能,绝对可能。除非是这个众生他自己不愿意,那就没办法。
摘自 :
(仁山法师讲于新加坡南海普陀山)
公元二千零七年九月五日
第四集